Selasa, 25 Oktober 2011

Dalam Hening Aku Mengenang Dan Merindukan Bapak..( Lima Tahun Sudah Berlalu )

Hari itu adalah hari Minggu, tepatnya tgl 26 oktober 2006 silam, lima tahun sudah berlalu. Dan hari ini tepat tgl 26 Oktober 2011, kembali aku mengenang hari duka dikeluarga besar kami. Bapakku yang sangat kami putra/i nya kasihi dipanggil menghadap YANG MAHA KUASA, kurang lebih jam 3 sore di rumah kediaman beliau di Pontianak. Bapak meninggal dalam usia 82 tahun. Pagi harinya kurang lebih jam 10 pagi aku masih sempat menelpon Bapak..seperti biasa Bapak amat senang kalau diajak berdoa, dengan suara terbata-bata karena stroke..bapak mengikutiku saat berdoa, kemudian kami berbincang-bincang, Bapak menanyakan sudah ke gereja belum, menanyakan cucunya juga..dan seperti biasa beliau slalu bertanya..kapan mami Evan (maksudnya aku) pulang ke Pontianak? lalu ku jawab: Desember aku usahakan pulang. Kukatakan juga pada Bapak..bahwa adikku akan pulang 2hari lagi, karena saat itu bertepatan dengan libur lebaran, ku bilang juga pada bapak, kalau aku menitipkan 6 helai baju kaos putih kesenangan Bapak, dengan harunya beliau mengucapkan trima kasih dan gak usah repot-repot..Itulah kebiasaan yang Beliau ucapkan saat menerima pemberian anak-anaknya.

Tak pernah terpikirkan kalau pagi itu adalah pembicaraan terakhirku dengan Bapak..Sekitar jam 15.30, aku ditelpon adikku dari Pontianak, mengabarkan kalau Bapak telah berpulang kepangkuan Bapa di surga. Bagai disambar petir rasanya..shock...gak percaya..aku sempat histeris..sampai anak-anakku harus menenangkan aku..Yang terpikir di benakku bagaimana caranya mendapatkan tiket pesawat untuk segera pulang, dan hari itu adalah hari Minggu. Kemudian aku dan adikku..memutuskan membeli langsung di bandara..yang terjadi?? kami hanya dapat 1 tiket untuk penerbangan hari senin...aku mengalah adikku pulang duluan..dan aku mendapat tiket untuk hari Selasa, penerbangan jam 06.30.Aku menunggu di bandara dengan perasaan yang teramat sedih..saat itu situasi bandara sangat ramai, karena banyak yang mudik lebaran. Waktu berlalu..pesawat tak kunjung berangkat..kemudian terdengar pengumuman kalau pesawat didelay. karena jarak pandang yang sangat terbatas yang disebabkan oleh kabut asap.Sedih banget hati ini..air mata tak kunjung henti mengalir..apalagi hp ku tiada henti berdering..dengan isak tangis aku jawab setiap telpon yg masuk..dan "memancing" orang untuk menoleh kearahku. Dan banyak penumpang lain di ruang tunggu yang amat simpati padaku. Mereka menghiburku dan menawarkan bantuan. Sampai sore pesawat tak kunjung berangkat. Malam menjelang..berlalu..dengan kondisi fisik psikis yang amat lelah aku tak berdaya..antara tertidur dan tidak di ruang tunggu bandara. Pagi pun tiba...pesawat tetap gak bisa berangkat, ditunggu sampai sore, masih dengan kondisi yang sama.Dengan terisak aku bertanya pada petugas bandara..jawaban mereka masih sama.Tidak akan ada penerbangan ke Pontianak hari ini karena jarak pandang yang sangat terbatas. Petugas menyarankan aku untuk pulang ke rumah dan menukarkan tiket. Kebetulan ada rombongan dari pemda kabupaten Sanggau, mereka menawarkan untuk bersama-sama dengan mereka sampai penerbangan normal kembali..aku pasrah saja dan aku iyakan.Hari ke 3, penerbangan dibuka kembali, dan setibanya di Pontianak yang kulihat hanyalah pusara Bapak..betul-betul hancur hatiku.Prosesi pemakaman hanya bisa ku saksikan melalui DVD...Selamat jalan Bapak, maafkan aku..itulah yang terucap dari bibirku..kala itu..

Singkat kata singkat cerita...karena kabut asap durjana itu yang disebabkan oleh pembakaran hutan secara liar, kepulanganku untuk melihat Bapak yang terakhir kalipun tak bisa! Diputuskan oleh keluarga untuk memakamkan Bapak tanpa kehadiranku dan saudara-saudaraku meminta aku merelakan kepergian Bapak..sekaligus minta ijin untuk memakamkan Bapak tanpa kehadiranku ,karena sudah hari ketiga beliau berpulang. Dan dari ke 12 anaknya, akulah yang tidak hadir saat pemakaman beliau. Betul-betul sedih, kecewa, entah apalagi! Sungguh sulit diungkapkan dengan kata-kata.

Pagi tadi aku bangun dalam kondisi kesehatan yang memang sedang dalam pemulihan. Dalam doaku aku menangis. Bukan tak mengikhlaskan kepergian Bapak, tapi aku mengenang masa-masa kebersamaan dengan beliau. Bapaklah dulu yang banyak mengurus sekolahku, sampai aku memutuskan untuk meneruskan studi di Bandung. Beliau berusaha membagi waktu disela-sela kesibukan bisnisnya. Ketika Mama lebih duluan meninggal, Bapak sempat ikut aku dan keluargaku di Padang. Kenangan manis ketika aku membawa Bapak jalan-jalan keluar kota Padang, dan beliau mengagumi caraku menyetir di jalan yang berkelok-kelok dan sempit. Tahun 2003 ketika aku dan anak anakku kembali ke Bandung ( setelah mahligai rumah tanggaku hancur), Bapak sempat tinggal bersamaku sampai akhir tahun tiba, dan hampir setiap hari beliau ikut aku ke tempat kerjaku. Ketika anak-anakku pulang sekolah beliaupun kuantar pulang. Banyak kenangan-kenangan indah yang terpatri manis diingatanku, dan itu semua takkan pernah lekang dimakan waktu.

Sebelum berangkat kuliah tadi putra bungsuku, memintaku untuk tidak menangis lagi, dan aku jawab:" Mommy will not cry anymore, but mommy miss and remember ur grandfather "

Bapak, dalam istirahatmu yang damai, bawalah seluruh cinta dan terima kasih kami anak-anakmu yang sangat dalam atas segala perhatian dan kasih sayangmu pada kami anak- anakmu. TUHAN MEMILIKIMU DAN KAMI AKAN AKAN SELALU MEMILIKIMU DI HATI KAMI..CINTA DAN SAYANG KAMI UNTUKMU, TAKKAN PERNAH PUDAR.