Sabtu, 05 Maret 2011

Libatkan DIA di hidupmu dan di hatimu

Hampir sepanjang hari ini,pikiranku di penuhi dengan wajah wajah orang di luar keluargaku yang pernah sangat dekat dengan kehidupanku.Mereka adalah terdiri dari sebuah keluarga.Sepasang suami istri dengan tiga orang anak,dua putra dan satu putri.

Karena sesuatu dan lain hal,yang saya kira tak perlu dibahas,pasangan suami istri ini memutuskan untuk mengakhiri biduk perkawinan mereka,dengan kata lain mereka memutuskan untuk bercerai.Keputusan ini di ambil setelah melalui jalan yang cukup panjang dan dengan waktu yang cukup lama untuk berpikir.Dan di penghujung tahun lalu mereka memutuskan untuk konseling pada sahabat mereka,yaitu saya.Mereka memutuskan untuk konseling pada saya,karena menurut pasangan ini,saya cukup mengenal mereka.Dan tentunya mereka menginginkan saya bisa bersikap obyektif.Ketika saya mendengar keinginan mereka untuk konseling pada saya,bukan hal yang mengagetkan untuk saya,karena diawal tahun lalu,sang istri pernah sedikit curhat,sebagai sesama wanita.Dan secara bercanda kedua pasangan ini mengatakan:"Kalau konseling sama kamu..yang jelas kita gak usah bayarkan Bin?Tentu saja mereka bercanda"Hahahaaa..saya tertawa...Yayaya..seperti kedua putra saya bilang:"Pekerjaan mami adalah "kerja bakti"Ok..gak apa apa,saya senang dengan pekerjaan saya,bukan materi yang saya cari,tetapi kepuasan batin manakala bisa berbuat yang terbaik untuk orang yang sedang dilanda masalah.Saya menjadi kuat karena berbagai pengalaman hidup yang saya alami.

Saya tidak ingin membahas masalah kedua pasangan ini secara detail,karena ini adalah masalah "dalam negeri orang lain"saya pribadi sangat menyayangkan berakhirnya perkawinan mereka di Pengadilan Agama.Segala daya upaya sudah saya lakukan untuk menyelamatkan ikatan suci perkawinan mereka,tetapi apa mau dikata,yang merasakan mereka,yang menjalani mereka.Ketika pada akhirnya saya menyerah dengan keputusan mereka,dan dengan sangat saya mohon kepada kedua pasangan ini untuk tetap menjadi tim yang solid dan kompak dalam membesarkan putra/i mereka.Ini semua harus di lakukan untuk meminimalisir dampak buruk dari perceraian kepada perkembangan psikis anak anak.Dan pasangan ini mengiyakan bahwa mereka akan tetap memperhatikan dan ada untuk anak anak mereka.Lega hati ini mendengarnya..

Namun seiring berjalannya waktu,ketika sedang menunggu proses cerai,sang istri memilih untuk pergi dari rumah,tanpa membawa anak anak,karena memang dia tidak punya tempat tinggal lain,selain rumah yang mereka tempati bersama.Kepergian sang istri karena sudah tidak tahan dengan pertengkaran yang tak pernah reda.Dan ternyata kepergian sang istri kembali menjadi alasan sang suami untuk meluapkan amarahnya.Kembali lagi saya dilibatkan oleh mereka berdua.Dan seperti sebelumnya,saya tidak memihak pada siapapun.Karena dua duanya bagi saya sahabat yang sudah saya anggap sebagai keluarga.Dan mereka punya argumen masing masing untuk membenarkan sikap mereka.

Akhirnya saya katakan kepada mereka berdua:"Saya tidak akan memberikan solusi apapun untuk masalah pribadi kalian,karena toh kalian sudah memutuskan untuk bercerai,dan biarlah pengadilan yang memutuskan,toh nanti akan ada mediasi juga,yang sangat saya inginkan adalah kalian berdamai untuk anak anak kalian,supaya kalian punya kata sepakat untuk membesarkan mereka bersama,walaupun mungkin nanti status kalian bukan suami istri lagi"Dan jawab mereka:" Saya mau Bin.tapi saya mau"Dia"begini nih!"Tak perlulah saya tuliskan alasan dan syarat_syarat masing masing pihak.

Kemudian saya cari jalan tengah..ok sang istri sudah memilih pergi dari rumah,dan mereka sudah sepakat bahwa nanti hak asuh anak jatuh pada sang suami,tapi saya minta pada sang istri agar meluangkan waktu untuk mengurus dan mengunjungi anak anak.Kemudian saya sarankan agar mereka berbicara dengan guru dari tiap tiap anak mereka.Ini semua dilakukan agar dari pihak sekolah tahu kondisi anak didik mereka,sehingga diharapkan lebih memahami dan memprioritaskan pendampingan pada anak dengan kasus seperti ini.Saya juga meminta ijin pada sang suami untuk memperkenankan sang istri mengunjungi anak anak mereka dan memberikan ruang dan waktu untuk kebersamaan sang ibu dengan anak anak.Dan pasangan ini setuju dan kemudian kami membuat kata sepakat,sekali lagi saya tekankan kepada mereka,tolong jangan tambah lagi beban mental anak anak dengan pertengkaran dan permusuhan.

Dan ternyata kesepakatan ini tak lama mereka pegang.Entah siapa yang memulai,bagi saya gak penting saya cari siapa penyulutnya.Toh hampir setiap hari saya menerima sms dari pasangan ini yang saling mengirimkan sms dari masing masing pihak yang isinya caci maki,intimidasi dan selalu di awali dengan kata:"Bin..ini sms dari..dia sebutkan nama suami/istrinya.."Tapi memang kebanyakan saya menerima sms dari sang istri yang isinya adalah cemohan dan sedikit kata kasar dari suaminya.Sampai sampai sang istri mengatakan:"aneh..koq dia(dia sebutkan nama suaminya)jadi kasar begitu ya,itu bukan dia yang saya kenal 16 tahun yang lalu Bin?"Dan sms mereka akan selalu saya balas,tidak usah ditanggapi dengan balasan kata kata yang menyakitkan lagi.Sampai kapan kalian berdua saling menyakiti?kembali saya selalu mengatakan:"kasihan anak anak kalian..coba kalian yang berada pada posisi mereka,dengan orang tua yang gak pernah habis untuk selalu bertengkar,bagaimana perasaan kalian?"Sakit,sedih,hancur..tauuuu!"Tolong kalian libatkan Tuhan untuk melunakkan hati kalian dan biarkan Tuhan campur tangan,beri ruang dihati kalian untuk Tuhan dan "hipnotis"diri kalian dengan kata"DAMAI dan DAMAI".Begitulah kurang lebih bunyi sms yang saya kirim untuk pasangan ini.

Tak ingin saya membahas masalah pribadi orang.Tapi biarlah ini menjadi pembelajaran hidup untuk kita semua.Dan di hari ini putra bungsu dari pasangan ini berulang tahun yang ke tujuh(saya tahu karena saya melihat di wall facebook kakaknya)Tadi saya menelpon ibunya,mengingatkan bahwa putra bungsunya berulang tahun.Dengan nada suara tercekat,dia mengatakan:"Ya..tapi saya gak bisa menghubungi anak anak saya"Dan saya jawab:"Ok..biarkan dulu semuanya reda..percayalah niat kamu yang selalu baik dan amat sangat baik pada ketiga buah hatimu,begitu juga dengan suamimu(karena masih dalam proses cerai,tentu saat ini status mereka masih sebagai suami istri)..pasti akan di dengar oleh Tuhan dan akan ada waktu dimana Tuhan akan membuat semua indah pada waktunya..karena setiap niat yang baik,Tuhan akan selalu berkati,saya dan kamu beda keyakinan,namun Tuhan kita satu dan sama,tetap semangat dan selalu kendalikan emosi"Dan dia menjawab:"Bin trima kasih kamu selalu membuat saya tenang"

Dan saya tidak memihak siapapun dari salah satu pasangan ini.Dan segala daya upaya sudah saya lakukan agar perkawinan mereka selamat,tetapi mereka sudah menentukan jalannya masing masing.Yang saya inginkan adalah agar mereka mengurangi dampak buruk dari perceraian ini terhadap anak anak mereka,dengan cara menyingkirkan egoisme,kemarahan karena sakit hati terhadap satu sama lain,berdamai dengan diri sendiri dan berdamai dengan pasangan,ini wajib dilakukan untuk kepentingan anak anak!Harus punya kerendahan hati untuk mengalahkan segala rasa sakit hati demi perkembangan jiwa yang baik dan stabil bagi anak anak.

Saya tidak menggurui orang lain,semua saya katakan karena saya juga mengalami perkawinan yang kemudian bercerai,tapi dari sejak semula saya kalahkan ego,sakit hati saya,tanpa harus saling menyalahkan,karena saya berprinsip dan selalu mengganggap bahwa kami sama sama salah!Ini semua saya lakukan demi meminimalisir dampak buruk terhadap perkembangan mental anak anak kami.Dan terbukti luka di hati anak kami dengan cepat"mengering"Mereka menyaksikan saya dan papinya tetap bisa bersahabat,sekalipun dengan status yang beda dan papinya sudah berkeluarga lagi,dan kami tetap jadi tim yang solid untuk membesarkan anak anak.

Tuhan akan selalu menjadikan segalanya INDAH PADA WAKTUNYA,jika kita melibatkan Tuhan dalam setiap perkara yang boleh terjadi dihidup kita.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar