Minggu, 14 Agustus 2011

MAMA DALAM KENANGANKU..

Seulas senyum kuhadirkan..
Kutatap kedua bola matanya..
Kuraih tangannya..
Bersimpuh aku duduk di tepi tempat tidurnya..

Tangan itu kugenggam erat..
Kubawa serta kuletakkan di bawah daguku, ku tatap lekat matanya..
Mata yang nyaris terpejam, sendu..
Mata yang bertahun silam memancarkan keteduhan..
Kini meredup karena termakan usia..

Tangan kurus itu terasa dingin..
Kulit yang mengeriput, berwarna sawo matang..
Kontras dengan tangan dan warna kulitku yang putih..
Lembut kusapa:" Mama sayang, makan ya? Na suapin ya Ma"..
Dan jawabnya, hanya dengan gelengan kepala..
Menandakan Ia tak mau makan..

Memelas aku memohon," Ma...Na sayang banget sama Mama, makan dikit ya, lima suap aja"
Dan jawabnya pelan:" Iya "
Serta merta terucap dari mulutku:" Terima kasih ya Ma "
Dan makanan halus itupun pelan- pelan berpindah dari piring ke mulutnya suap demi suap..
Sampai kemudian terucap dari bibirmu:" Udah ya Na "
Jawabku;" Ok Ma.. nanti kalau pengin makan lagi kasi tahu Na ya"
Kubelai lembut kepalanya, ku tanyakan:" Apa yang dirasa sakit Ma "
Dan jawabmu:" Gak ada, Ma mau pergi susul Pa "
Terkaget aku mendengarnya:" Ma, kenapa Mama ngomong gitu, hayolah semangat "
Dan air mataku menetes..tak tertahan, akhirnya aku menangis terisak-isak...
Sampai pembantuku dan anak-anakku menghampiriku, menenangkanku..

Dengan sesenggukkan aku memeluk mama seraya memintanya untuk bertahan..
Ku telpon putra mama,
Dengan terisak, aku memohon agar ada putranya yang segera menjenguk..
Dan janji yang kutrima, bahwa esok hari mereka akan datang..
Ku sampaikan itu pada Mama, dan beliau menggangguk perlahan..
Matanya kembali terpejam..

Betapa hatiku galau,
Sudah hari kelima, mama tidak ada nafsu makan sama sekali..
Sudah mulai bicara yang aneh-aneh dan gak masuk akal, serta sangat gelisah..
Melihat kondisi mama, pilu hatiku, dan air mata hampir tak terbendung..
Perasaanku sangat tak karuan..
Terkadang dalam benakku terlintas..
Apakah mama betul-betul akan pergi selama-lamanya menyusul papa yang telah berpulang duluan??
Tidak Tuhan..jangan sampai itu terjadi! Jerit batinku..

Dan sampailah pada hari kelima itu..
Aku tak kuasa membendung airmataku..
Melihat kondisi Mama yang menurun dan tak bersemangat..
Seharian aku menemaninya..memegang tangannya, memijit lembut, membelai rambutnya..
Sungguh hari yang menyedihkan untukku, dengan perasaan campur aduk..
Dan puncaknya, pada malam harinya..Mama sangat gelisah..
Hampir semalaman beliau tak tidur, memanggil nama anak-anaknya, bahkan sopir serta pembantunya di Padang..
Akupun hampir tak bisa keluar kamarnya..
Karena beliau akan selalu memanggilku..."Naaa..Naaa"
Dan aku memegang tangannya, kutanyakan:"apa Ma..Na di sini, apa yang dirasa sakit? Apa yang Na bisa bantu?
Mama menggeleng..dan seperti kata Dokter beberapa hari sebelumnya, memang tak ada gangguan kesehatan pada Mama..beliau sehat-sehat saja..
Hanya Dokter mengatakan, karena usia yang sudah lanjut saja,dan ibu harus siap-siap,bisa saja Mamanya ibu berpulang suatu waktu dan dalam waktu dekat..
Dan reaksiku:" Tidak Dok, saya tidak siap kalau Mama pergi sekarang"
Dokter hanya membalas ucapanku dengan menepuk pundakku..
Dan betul saja subuh itu, kemungkinan jam 05.30..Mama pergi untuk selama-lamanya..
Dan itu terjadi saat aku tertidur di sampingnya dengan menggenggam tangannya..
Sebelum aku terlelap aku masih sempat melihat jam dan saat itu sudah jam 04.30..

Menjelang matahari terbit, hari Sabtu, tanggal 13 Desember 2009..
Mama berpulang dalam usia 83 tahun..
Jerit tangisku memecah kesunyian dan mengawali pagi hari itu..
Kupeluk Mama yang sudah tak bereaksi, diam membisu dan kaku..
Masih teringat aku untuk menelpon Dokter yang tetangga kami..
Dan memerintahkan anak-anakku,untuk memanggil pak RT
Ketika Dokter datang dan memeriksa, memastikan Mama telah tiada..
Kembali pecah tangisku..

Dengan isak tangis aku menelpon anak- anak Mama..
Mengabarkan bahwa Mama telah tiada..
Kupinta maaf, seraya terucap dari mulutku, bahwa aku sudah melakukan yang terbaik untuk Mama..

Kehilangan yang sangat dalam..
Walaupun secara hukum kala itu aku bukan menantu beliau lagi..
Namun dimata Tuhan dan Gereja aku adalah menantu beliau yang sah..
Empat belas tahun aku menjadi menantunya secara hukum..
Ketika karena suatu hal aku harus terpisah dari putra bungsunya..
Hubungan kami tetap baik, komunikasi kami lancar..
Kami saling mengingat..
Dan sampai pada akhirnya, beliau tinggal bersamaku, setelah gempa melanda kota Padang..
Kemudian beliau berpulang menghadap yang Kuasa..
Dan akulah yang bersama dan menemaninya di hari-hari akhir hidup beliau..
Tangan kami saling menggenggam dan terlepas tak kala malaikat maut itu menjemput..

Dan inilah pertukaran yang setimpal..
Selama aku menikah dengan putra bungsunya, Mama sangat banyak mendampingiku secara fisik psikis..
Aku bisa memasak, karena Mama yang mengajariku..
Ketika aku kuliah, Mama lah yang mengawasi putraku..
Terima kasih Mama..
Dan aku membalas kebaikan Mama dengan mendidik kedua cucu Mama, yaitu kedua putraku dengan sebaik mungkin..
Ma..aku mau bilang:" Stevan udah kerja, Riko tahun depan selesai kuliah "
Terima kasih dan apresiasi yang tinggi untuk Mama, karena mama selalu mendukung dan mengajariku menjadi ibu dan istri yang baik..
Walaupun sebagai istri aku gagal, tapi sebagai ibu aku tidak akan gagal..anak-anakku/cucu Mama prioritas hidupku Ma..

Kamar di lantai bawah rumahku, selalu mengingatkan aku akan Mama..
Bahkan koper Mama masih ada di atas lemari..
Air mataku pun masih mengalir ketika terkenang akan Mama..
Dan di hatiku, posisi Mama sama pentingnya dengan Mama kandungku, untuk hidupku
TUHAN MEMILIKIMU DAN AKU MEMILIKIMU DI HATIKU..









Tidak ada komentar:

Posting Komentar