Rabu, 26 Mei 2010

DI MANA BUMI DI PIJAK...DI SITU LANGIT DI JUNJUNG

"Di mana bumi di pijak..di situ langit di junjung!"

Pastilah semasa kita sekolah dulu sering mendengar peribahasa ini,dalam pelajaran Bahasa Indonesia.

Dulu jaman masih sekolah..saat studi tour,para guru biasanya mengingatkan untuk tidak melakukan hal hal yang tidak terpuji di sekitar lokasi wisata.Dan itu bukan karena urusan takhayul atau supaya tidak di tangkap polisi.Tapi lebih supaya kita menghormati adat istiadat setempat.

Dan kita sendiripun juga akan marah kalau kota asal kita di kunjungi orang dengan tingkah laku yang tidak sopan,buang sampah sembarangan,menggunakan bahasa yang tidak pada tempatnya,dan masih banyak lagi contoh lainnya.

Saya jadi teringat..saat puluhan tahun yang lalu ketika memutuskan untuk merantau ke pulau Jawa,mama saya berpesan untuk pandai pandai menyesuaikan diri,dan beliau pake arti kiasan begini:"jika kamu masuk kandang kambing,mengembiklah,begitu pula jika kamu masuk kandang sapi,melenguhlah"tapi bukan berarti kamu menjadi pribadi orang lain,intinya sesuaikan diri dengan adat istiadat setempat,belajarlah mulai dari menerima makanan setempat sebagai menu sehari hari yang penting menyehatkan dan di perbolehkan,tanpa harus mengeluh.

Dan betul saja,saat di Malang..ada satu jenis makanan yang amat asing untuk saya,kuahnya hitam,dan komentar pertama saat saya mencicipinya"sayur yang aneh..kuahnya kayak oli,hitam"dan masakan itu rupanya adalah masakan daerah Jawa timur..rawon..hmm..kini menu itu adalah menu favorit saya..Kemudian saat harus meneruskan sekolah di Bandung,saya tinggal di asrama,dan kebetulan menu hari itu gudeg,saat itu saya gak tau kalau nama masakan itu gudeg,di kala itu komentar pertama saya"ini nangka ya..koq seperti nangka busuk sih?"hahaha..dan kinipun menu itu jadi kesukaan saya,bahkan kedua putra saya juga penggemar gudeg,dan yang aneh untuk saudara saudara saya adalah manakala mereka melihat saya jadi penggemar sayuran mentah alias lalapan.Dan itu juga mungkin di pengaruhi oleh orang sunda yang suka lalapan,karena sudah 26 tahun saya di tatar Pasundan.

Mengenai bahasa,sampai sejauh ini saya tidak terlalu berani menggunakan bahasa sunda,jujur aja takut salah dan menyinggung perasaan orang sunda,ini di sebabkan bahasa sunda ada tingkatannya:"halus dan kasar".Saya teringat cerita lucu,beberapa bulan yang lalu saya pulang ke Padang untuk menghadiri pemakaman mama,dan saat melewati ibu ibu pelayat yang sedang duduk saya mengucapkan kata "punten"(dalam bahasa Sunda yang artinya permisi)..tapi ibu ibu itu,tidak menjawab saya,hanya membalas dengan senyuman,sempat dalam hati saya berkata"koq gak di jawab sih"setelah "ngeh"baru saya menyadari kalau ini di Padang toh,bukan di Bandung.

Bersikap hormat dan penuh kesantunan perlu kita jaga,terlebih saat kita menjadi pendatang atau perantau di suatu tempat untuk jangka pendek maupun panjang dan untuk tujuan apapun.Dan bagaimana kita memperlakukan tempat kita berpijak dapat mencerminkan kepribadian diri kita sendiri.

Teriring doa...Tuhan ajarlah aku untuk selalu menghormati orang lain di manapun aku berada,terlebih lagi saat aku menjadi perantau di tempat itu..Amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar